DanAku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56) Mungkin bagi sebagian kita pertanyaan ini tidak pernah selesai. Mengapa aku diciptakan? Bagi yg beriman akan menjawab untuk beribadah kepada Allah , dengan mantap. Bagi yg imannya masih tipis dan kembang kempis, seperti saya, mungkin ada Penjelasan6 rukun iman. 1. Iman Kepada Allah. Tentu hal yang paling utama sebagai seorang muslim kita harus iman kepada Allah SWT. Meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada yang patut disembah selain Allah, tidak ada dzat lain yang menciptakan, menguasai, dan mengatur seluruh alam semesta dan isinya kecuali Allah SWT. Sedangkanmusuh butuh waktu untuk itu karena dia tidak dekat dengan kita. 9. Kenangan masa lalu tidak bisa diubah, dilupakan atau bahkan dihapus. Ia hanya bisa diterima . Tetapi noda dan dosa di masa lalu bisa dihapus dengan memperbanyak amal kebaikan dan beribadah kepada Allah. 10. Berharaplah pada cinta Allah yang sudah jelas mencintaimu. BuletinAt-Tauhid edisi 4 Tahun XI. Sakit bukanlah alasan untuk tidak beribadah atau mengurangi intensitas ibadah yang sudah rutin kita lakukan, bahkan kita tetap beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, banyak berdoa dan berharap hanya kepada Allah. Di antaranya adalah ibadah hati berupa kesabaran dan menerima takdir. MateriPraktek Ibadah Part 2. I. Tata Cara Mengurus Jenazah Terlengkap Rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Orang yang sedang sekarat. Disyariatkan untuk ditalqini dengan kalimat " Laa ilaaha illallah " Berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : "Talqinilah orang-orang yang akan mati dari kalian (dengan ucapan): 'Laa ilaaha illallah'." bukti sikap nasionalisme warga negara terhadap negara dapat dilihat dalam. renungan Januari 19, 2021Januari 18, 2021 1 Minute Ketahuilah, Allah Ta’ala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Ta’alamemerintahkan kita untuk menyembah-Nya, namun bukan karena Ia butuh untuk disembah. Allah berfirman وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” QS. Adz Dzariat 56-58 Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak, kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Ta’ala. Andai seluruh manusia beriman dan bertaqwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya. Andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم . كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم . ما زاد ذلك في ملكي شيئا . يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم . وإنسكم وجنكم . كانوا على أفجر قلب رجل واحد . ما نقص ذلك من ملكي شيئا “Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” HR. Muslim, Demikianlah, Allah Ta’ala tidak butuh terhadap ibadah kita. Lalu untuk apa kita berlelah-lelah, menghabiskan banyak waktu untuk beramal dan beribadah? Karena kita yang butuh untuk itu. Allah Ta’ala berfirman إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا “Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri” QS. Al Isra 7 وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ “Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri” QS. Luqman 12. Maka apa lagi alasan untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri? sumber Telah Terbit Januari 19, 2021Januari 18, 2021 Navigasi pos Nasehat Dhuha Selasa, 5 Oktober 2021 27 Shafar 1443 H Oleh Sarwo Edy,ME Klikbmi, Tangerang – Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. QS. Adz-Dzariyat 56. Apa yang ada di pikiran sahabat BMI Klikers jika mendengar ayat di atas? Yang pastinya salah satunya adalah tujuan manusia hidup yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT Sang Khaliq. Akan tetapi bagaimana jika ada pertanyaan selanjutnya, Berarti Allah membutuhkan ibadahnya seorang hamba? Jika Allah masih membutuhkan ibadah hamba-Nya. Berarti Allah menafikan sifat-Nya yang ada di asmaul husna yaitu Al-Ghani Maha Berkecukupan. Yang artinya Allah tidak membutuhkan yang lain. Lantas untuk apa Allah menyuruh hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya? Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman, يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا “Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” HR. Muslim no. 2577 Dari hadist qudsi di atas, secara tersirat dijelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan ketaqwaan dari seorang hamba-Nya. Bahkan ketaqwaan dan maksiat dari seorang hamba tidak akan menambah atau mengurangi kekuasaan-Nya. Akan tetapi, sebenarnya ibadah atau amal baik apapun yang diperintahkan oleh Allah untuk hamba-Nya adalah untuk hamba itu sendiri dan manfaatnya kembali ke hamba itu sendiri. Salah satunya adalah perintah bersyukur di dalam surat Luqman ayat 12 yang berbunyi وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Selain itu, Allah juga menyatakan bahwa amalan-amalan baik yang diperintahkan kepada hamba-Nya akan kembali ke hamba itu sendiri. Allah SWT berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 7 yang berbunyi Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri Jika kita sebagai seorang hamba masih berpikiran bahwa Allah membutuhkan ibadah kita, maka biasanya kita “hanya sekedar” menunaikannya untuk menggugurkan kewajiban kita sebagai seorang hamba. Akan tetapi, jika kita beranggapan bahwa kita lah yang membutuhkan Allah, maka kita akan menjadikan ibadah kita tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban, akan tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai kebutuhan. Sehingga kita lebih “serius” dalam beribadah kepada-Nya. Ibadah kepada Allah adalah esensi dari tauhid uluhiyyah. Ibadah itu ibarat makanan. Jika kita butuh makan untuk kebutuhan jasmani kita. Maka kita butuh ibadah untuk kebutuhan rohani kita. Wallahu a’lam bish-showaab. Mari terus ber-ZISWAF Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 BSI eks BNI Syariah a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI 0000000888. Sularto/Klikbmi إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ أَمَّا بَعْدُ Ma’asyiral Muslimin Wa Zumratal Mukminin, Rahimani Wa Rahimakumullah! Alhamdulillah, segala puji syukur hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Berkat nikmat-Nya, rahmat-Nya, dan kuasa-Nya, serta pertolongan dari-Nya, pada siang hari ini kita dimudahkan dan dianugerahi kemampuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban sebagai seorang muslim yaitu menunaikan sholat jum’at secara berjama’ah. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, untuk keluarga beliau, para sahabat radhiyallahu anhum, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang selalu menjaga kemurnian Islam dan Imannya hingga hari akhir. Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Salah satu prinsip yang perlu kita ketahui dan kita pahami, bahwa setiap ketaatan yang kita lakukan, setiap ibadah yang kita lakukan, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali tidak membutuhkannya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan ketaatan atau ibadah yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Sehingga tidak ada satu pun ibadah yang kita lakukan, yang kepentingannya atau kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada! Begitupula kalaupun seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini, semuanya kufur kepada Allah, Allah subhanahu wa ta'ala tetap Maha Kuasa. Allah subhanahu wa ta'ala tetap Maha Perkasa. Dan Kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah akan berkurang sedikit pun. Demikian juga seandainya seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini semuanya taat ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala, maka itu pun tidak akan berpengaruh memberi tambahan terhadap kekuasaan dan kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana perkataan Nabi Musa alaihissholatu wa salam yang Allah abadikan didalam Al Qur'an. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surah Ibrahim ayat yang kedelapan وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ حَمِيدٌ Dan Musa berkata Ketika mendakwahi kaumnya “Jika seandainya kalian dan seluruh apa yang ada di muka bumi ini semuanya ingkar kufur kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. QS. Ibrahim 8 Demikian juga tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan wahyu tentang perintah ibadah haji, kemudian ada sebagian diantara hamba – hamba-Nya yang dia berat hati, tidak mau berangkat haji bahkan sampai mengingkari perintah ibadah haji padahal dia sangat mampu, Maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam.” QS. Ali Imran 97 Artinya maksud dari dua ayat tersebut adalah siapa saja yang berbuat taat, sama sekali tidak menambah kerajaan Allah dan begitupula siapapun yang tidak mau melakukan ketaatan, itu juga tidak mengurangi kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabnya, Allah Ta’ala berfirman يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا “Wahai hamba - hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا Wahai hamba - hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ Wahai hamba - hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian serta semua jin dan manusia, semuanya berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” HR. Muslim 4674 Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Dengan demikian, ketataan yang kita lakukan sepeser pun tidak kembali kepada keuntungan Allah. Demikian juga kemaksiatan yang kita kerjakan, sama sekali tidak mengurangi kerajaan Allah. Karena sejatinya apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh manusia, maka akan kembali kepada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tatkala kita melakukan ketaatan atau ibadah, siapakah yang mendapatkan manfaatnya? Maka Jawabannya adalah diri kita sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya. Demikian pula sebaliknya, tatkala manusia melakukan keburukan, siapa yang akan mendapatkan dampak buruknya? Jawabannya adalah dirinya sendiri. Allah subhanahu wa ta'ala tidak sama dengan Makhluk-Nya. Kalau makhluk Allah misalnya manusia, Ketika ada seorang yang berkuasa, namun ternyata bawahannya tidak mau taat kepadanya, maka bisa jadi hal itu akan mengancam kekuasaannya. Ketika ada orang yang memiliki posisi atau jabatan, namun ternyata bawahannya tidak mau tunduk kepadanya, maka bisa jadi hal itu akan mengancam status sosialnya. Ini manusia. Adapun untuk Allah subhanahu wa ta'ala maka tidak berlaku hukum yang semacam ini. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak menegaskan di dalam Alquran, seperti dalam Surat Al-Isra ayat ke-7, Allah Ta’ala berfirman إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا “Jika engkau berbuat baik berarti engkau berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika engkau berbuat jahat, maka kejahatan akan Kembali kepada dirimu sendiri.” Quran Al-Isra 7 Di dalam ayat yang lain di Surat Fussilat ayat ke-46, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka pahala atau kebaikannya akan Kembali untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka dosa atau keburukannya maka akan Kembali untuk dirinya sendiri, وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ dan sekali-kali Tuhanmu Allah tidaklah mendzholimi hamba-hamba-Nya.” Quran Fussilat 46 Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberi kita hidayah, Istiqomah, dan juga kesabaran untuk melakukan ketaatan kepada-Nya dengan keyakinan bahwa kitalah yang butuh kepada Allah, bukan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang membutuhkan ketaatan yang kita kerjakan. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. Khutbah Kedua الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Mungkin ada sebagian orang yang ketika dia sudah beramal, kemudian iapun merasa berjasa. Terutama amalan yang berstatus sebagai kegiatan sosial. Seperti menyumbang masjid, berwakaf, membantu orang lain, berdonasi dan amalan lainnya. Padahal amal yang ia kerjakan pada hakikatnya yang membutuhkan adalah dirinya sendiri, akan kembali kepada dirinya sendiri. Sekali lagi salah satu prinsip ibadah yang perlu kita sadari adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak butuh kepada amal kita. Allah subhanahu wa ta'ala hanya menjanjikan "barang siapa yang berbuat baik, maka manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri". Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak punya kepentingan di sana. Oleh sebab itulah, satu niat yang baik yang perlu kita pasang setiap kali kita akan melakukan amal solih terutama amal yang bersifat sosial; baik menyumbang masjid, membantu orang yang membutuhkan, maka yang perlu kita pahami adalah kita yang butuh bukan orang yang menerimanya itu yang butuh. Sehingga tatkala kita membantu orang lain atau ketika kita membayar zakat, kemudian uang zakat tersebut diterima oleh fakir miskin, maka sebenarnya yang mendapatkan manfaat yang lebih besar adalah orang yang membayar zakat itu sendiri. Mengapa? Andaikan di dunia ini tidak ada satu pun orang yang mau menerima zakatnya, maka berarti ia tidak bisa mendapatkan pahala dari perintah kewajiban zakatnya. Begitupula Andaikan tidak ada satu pun masjid yang mau menerima wakafnya, maka berarti ia tidak bisa mendapatkan pahala wakafnya. Andaikan tidak ada satu pun makhluk yang mau menerima sedekahnya? Maka berarti ia tidak akan mendapatkan kesempatan meraih pahala sedekahnya. Dan demikian seterusnya. Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Oleh karena itu, tatkala kita beramal terutama yang bersifat sosial maka yakinkanlah diri kita bahwa kitalah yang memberi yang lebih membutuhkan daripada yang menerima. Jangan sampai merasa berjasa atas apa yang telah kita berikan. Sehingga tatkala seseorang menyumbang sejumlah harta untuk kebutuhan dakwah atau untuk kepentingan masjid, yang perlu kita sadari adalah dakwah tidak butuh kita. Allah tidak butuh kita. Kegiatan agama tidak butuh kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap akan mengangkat agama ini meskipun manusia tidak mau mendukungnya. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Alquran, هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, Allah akan memenangkannya di atas segala agama - agama meskipun orang musyrik membencinya.” Quran Ash-Shaf 9 Kaum Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah merahmati Kita Semua Kembali kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita termasuk hamba - hamba-Nya yang ikhlas dalam beramal. Dan semoga Allah senantiasa menghadirkan perasaan bahwa kita merasa butuh kepada Allah bukan merasa lebih berjasa karena telah beramal. Dan mudah-mudahan setiap amal yang kita kerjakan diterima oleh Allah dan menjadi kunci Rahmat kita bisa dimasukkan kedalam surga-Nya. ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ الأحزاب 56 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْن اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين عِبَادَ اللهِ اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  Ditranskrip dengan sedikit perubahan kalimat dari Khutbah Jum'at Ustadz Ammi Nur Baits File PDF "Klik Disini"Ikuti kami selengkapnya di Website Twitter Kabel Dakwah Official Facebook Kabel Dakwah Official Instagram Kabel Dakwah Youtube Kabel Dakwah loading...Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun. Foto/Istimewa Ketahuilah, Allah Ta'ala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Ta'ala memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, bukan karena DIA butuh untuk disembah. Tetapi manusialah yang butuh kepada Allah sebagaimana firman-Nyaيَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ"Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji." QS. Fathir 15. Baca Juga Menurut Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun , andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan dan kemulian-Nya. Allah Ta'ala berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh". QS. Adz Dzariat 56-58 Baca Juga "Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak. Kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Ta'ala. Andai seluruh manusia beriman dan bertakwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya," terang Habib Quraisy . Baca Juga Dalam sebuah Hadis Qudsi , Allah berfirmanيا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم . كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم . ما زاد ذلك في ملكي شيئا . يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم . وإنسكم وجنكم . كانوا على أفجر قلب رجل واحد . ما نقص ذلك من ملكي شيئا"Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku". HR. Muslim, No. 2577 Baca Juga Demikianlah Allah Ta'ala tidak butuh terhadap ibadah kita. Namun kitalah yang butuh untuk itu. Allah Ta’ala berfirmanإِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا"Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri". QS. Al Isra 7وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ"Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri". QS. Luqman 12.Karena itu, apalagi alasan kita untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri? Semoga tausiyah singkat ini bermanfaat dan menjadi penyemangat kita untuk beramal saleh. Baca Juga Wallahu Ta'ala A'lamrhs Ketahuilah, Allah Ta’ala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk menyembah-Nya, namun bukan karena Ia butuh untuk disembah. Allah berfirman وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” QS. Adz Dzariat 56-58 Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak, kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Ta’ala. Andai seluruh manusia beriman dan bertaqwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya. Andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم . كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم . ما زاد ذلك في ملكي شيئا . يا عبادي ! لو أن أولكم وآخركم . وإنسكم وجنكم . كانوا على أفجر قلب رجل واحد . ما نقص ذلك من ملكي شيئا “Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” HR. Muslim, Demikianlah, Allah Ta’ala tidak butuh terhadap ibadah kita. Lalu untuk apa kita berlelah-lelah, menghabiskan banyak waktu untuk beramal dan beribadah? Karena kita yang butuh untuk itu. Allah Ta’ala berfirman إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا “Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri” QS. Al Isra 7 وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ “Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri” QS. Luqman 12. Maka apa lagi alasan untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri?

allah tidak butuh ibadah kita